Karena latar belakang pendidikan yang terbatas dan usia yang masih muda maka para murid seminaris dengan mudah dapat dibentuk oleh guru-gurunya. Sudah jelas bahwa teologi serta Weltanschauung mereka rata-rata tidak jauh berbeda dari paham yang dianuti gurunya. Guru yang paling berpengaruh pada para misionaris adalah F. Fabri (1824–1891) dan G.L. Rohden (1815–1889).[1] Fabri menjadi guru dan sekaligus direktur RMG dari tahun 1857 hingga 1884 sementara Rohden menjadi guru dari 1846–1889 dan direktur RMG dari tahun 1884–1889 menggantikan Fabri yang meninggalkan RMG agar sepenuhnya dapat mengabdikan diri pada gerakan kolonial Jerman.[2]
Baik Fabri maupun Rohden adalah orang yang di spektrum politik dapat digolongkan konservatif, anti-demokrasi, dan pro-kerajaan. Kedua tokoh spiritual RMG ini juga dipengaruhi oleh paham yang pada saat itu sangat dominan, yaitu rasisme dan nasionalisme. Sebelum kita menguraikan secara terperinci teologi dan ideologi Rohden dan Fabri kedua paham tersebut, rasisme dan nasionalisme, perlu disimak terlebih dahulu.
Catatan
[1] Hanya tiga di antara keenam penginjil yang mendapat pendidikan, selain dari Fabri dan Rohden, juga oleh C. Wallmann yang masih mengajar hingga tahun 1865.
[2] Tentang alasan maka Fabri meninggalkan RMG lihat Bade (1995:369-384).