Untuk aksara /ta/ terdapat dua bentuk yang sangat berbeda: ᯗ dan ᯖ.
Bentuk ᯖ dipakai di Mandailing dan di Simalungun sedangkan bentuk ᯗ digunakan di Karo dan Pakpak. Di Toba baik ᯗ maupun ᯖ lazim dipakai, bentuk ᯗ terdapat di sekitar 60% naskah sementara bentuk ᯖ terdapat di sekitar 40% naskah. Jadi di daerah Toba, bentuk ᯗ lebih sering digunakan daripada bentuk ᯖ.
Keragaman terdapat juga pada aksara /sa/. Di Karo, Pakpak dan di Toba bentuk ᯘ digunakan sementara di Simalungun terdapat bentuk yang lain: ᯙ. Bentuk yang mirip dengan /sa/ Simalungun terdapat di Mandailing: ᯚ.
Aksara /nga/ sama bentuknya di semua daerah: ᯝ. Bila kita memperhatikan bunyi /ng/ dalam bahasa Indonesia, misalnya dalam kata sungai maka apa yang ditulis dengan dua huruf sesungguhnya hanya satu bunyi yang oleh para ahli bahasa ditulis [ŋ]. Aksara /nga/ hanya boleh ditulis pada awal suku kata seperti pada kata marngamngam: ᯔᯒ᯲ᯝᯔ᯲ᯝᯔ᯲. Aksara /nga/ tidak dapat dimatikan dengan menggunakan pangolat. Kita boleh menggunakan /nga/ pada kata sangap karena kata tersebut terdiri atas dua suku kata, yakni sa + ngap. Dalam hal ini bunyi [ŋ] ada di awal suku kata.
Sedangkan pada kata sanggar kita tidak boleh menggunakan /nga/ karena kedua suku kata adalah sang + gar. Dalam hal ini bunyi [ŋ] terdapat pada akhir suku kata. Cara penulisan yang tepat akan ditunjukkan pada Pelajaran 7.
Sekarang, mari kita lihat apa Anda sudah menghafal aksara yang dipelajari. Simak aksara yang ditampilkan. Anda tahu aksara apa? Klik “flip” (atau klik di kartu) untuk melihat jawaban. Kalau Anda benar, klik “Got it”. Kalau jawaban Anda tidak benar klik “Need more practice” dan kartu itu akan diperlihatkan lagi sampai Anda tahu jawabannya.
Anda bisa klik “shuffle” (kocok) untuk mulai kembali dengan urutan kartu yang lain.