Kini kita sering mendengar adanya Aksara Karo, Simalungun, Mandailing dan sebagainya. Upaya untuk memisahkan aksara Batak sesuai dengan kelima suku bangsa merupakan sesuatu yang baru; yang baru muncil pada abad ke-20.
Di dahulu kala orang Karo tidak pernah merujuk pada aksara yang mereka gunakan sebagai “aksara Karo” karena sesungguhnya aksara Batak tidak bisa dipilah-pilah.
Kini ada upaya untuk mengaitkan aksara Karo dengan kerajaan Haru di Teluk Aru dekat Medan. Apakah nama “Karo” ada kaitan dengan “Haru” kita tidak tahu. Oleh sebab itu menamakan Aksara Karo sebagai Surat Haru tidak masuk akal. Penamaan aksara Mandailing sebagai Tulak-Tulak juga adalah penamaan yang diciptakan tahun 1970an dan yang berasal dari fantasi. Di zaman dahulu kala tidak pernah ada nama yang aneh itu.
Aksara Surat na Sampulu Sia atau Surat Sepuluh Siwah (Karo) memiliki berbagai varian. Hal itu penting mengingat bahwa perbedaan di antara kelima dialek bahasa Batak cukup besar. Oleh karena kini kebanyakan orang hanya tertarik pada budaya suku mereka dan hanya ingin belajar “aksara Karo” atau “aksara Mandailing” maka kami juga menawarkan kursus kilat untuk aksara Karo, Simalungun, dan Toba.
Kursus kilat itu bagi mereka yang hanya sekadar ingin belajar membaca dan menulis aksara. Kursus kilat itu bersifat praktis, tetapi tidak akademis.
Kami menamakan kursus ini “kursus lengkap” karena mencakup secara mendalam semua varian aksara Batak, dan juga membahas sejarahnya.
Setelah tamat kursus ini…
- Anda akan memahami aksara Batak dalam semua variannya beserta sejarahnya
- Anda pandai membaca naskah asli Batak entah dari mana pun asalnya